KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.1

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN 



"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert

Seseorang pendidik terkadang menghadapi sebuah dilema etika, yaitu akan menyelesaikan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum atau akan memampukan siswa sesuai ketercapaiannya masing masing dengan mengutamakan pembentukan karakter murid. Dengan memberikan pondasi katrakter yang kuat, kita menyiapkan mereka untuk tidak hanya sukses secara akademis, tetapi juga untuk menjalani hidup yang bermakna dan bermanfaat.

Nilai dan prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan haruslah nilai nilai yang bersumber pada kebajikan serta berpihak pada murid, sehingga akan mewujudkan budaya positif yang berdampak baik pada lingkungan kita. 

Sebagai pemimpin pembelajaran, hendaknya kita mampu menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Dengan mengutamakan murid, maka kita telah mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, serta menyertakan murid dalam pengambilan keputusan.

 

"Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Melalui Pendidikan, kita diajarkan untuk memiliki kepekaan dalam tindakan, yaitu dengan mengetahui etika dalam berperilaku berupa nilai, norma, dan moral yang menjadi pedoman dalam masyarakat.

 

KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.1

 

Modul 3.1 berisikan pembahasan tentang pengambilan keputusan dengan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Bila kita telusuri lebih dalam, modul ini selaras dan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar Nasional Pendidikan, khususnya pada standar pengelolaan. Seorang pemimpin hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian serta berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam mengambil suatu keputusan, hendaknya setiap keputusan yang diambil tersebut selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh suatu institusi tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Pada sub-materi koneksi antar materi memiliki tujuan pembelajaran tersendiri yang mengharuskan CGP mampu merangkum apa yang sudah dipelajari. Tujuan pembelajaran yang dimaksud yaitu sebagai berikut :

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1.  CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

2.  CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 

CGP dalam merangkum materi yang sudah dipelajari diberikan pertanyaan panduan sebagai pedoman menyusun rangkuman. Ada 14 pertanyaan panduan yang harus dijawab berdasarkan dari hal-hal yang sudah dipelajari dengan pengembangan sesuai pemikiran CGP, dan inilah hasil rangkuman yang saya buat berdasarkan 14 pertanyaan panduan.

 

1.     Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

 


Pandangan Ki Hajar Dewantara yang disingkat KHD, salah satu Filosofinya yaitu Pratap Triloka yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha merupakan salah satu dari filosofi KHD yang memberikan pengaruh besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pandangan KHD bahwa sebagai seorang guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik baik kepada murid, masyarakat, atau lingkungan sekitar. Perilaku guru dalam bersikap, bertutur kata, maupun berinteraksi dengan orang lain bisa menjadi contoh nyata sebagai seorang pendidik dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Hal lain yaitu setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka Ing Madya Mangun Karsa, dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh murid secara mandiri. Dalam proses pembelajaran, seorang guru bertindak sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Sebagai seorang pendidik maka setiap pengambilan keputusan haruslah berdasarkan kepentingan, kebutuhan murid serta berpihak pada murid.

 

2.    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?


Pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seseorang. Nilai-nilai kebajikan bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai prisip-prinsip etika yang pasti. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri mempengaruhi pengambilan keputusan, baik dalam situasi dilema etika benar lawan benar) maupun bujukan moral benar lawan salah). Prinsip yang digunakan dalam mengambil keputusan yang mengandung situasi dilema etika dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini. Penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Dengan demikian, nilai-nilai kebajikan sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Kita mengenal ada tiga (3) prinsip dalam pengambilan keputusan yakni:

a.    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),

b.    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),

c.    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Misalnya, pendidik yang memiliki rasa empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan pendidik yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan pendidik yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Pengambilan keputusan bisa saja menggunakan ketiga prinsip tersebut, namun juga bisa menggunakan salah satu prinsip tersebut berdasarkan nilai-nilai kebajikan dalam diri seseorang.

 

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan  kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

 

Pengambilan keputusan akan lebih efektif ketika keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang, sehingga keputusan tersebut dapat menjadi komitmen yang akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem sekolah. Proses coaching adalah salah satu ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya hingga dapat menghasilkan sebuah keputusan yang muncul dari diri sendiri. Langkah coaching TIRTA dapat membantu kita untuk mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Dengan coaching, guru bisa membantu peserta didik mengatasi masalah atau hambatan yang menjadi kendala dalam proses belajar murid. Harapannya guru sebagaai coach mampu memotivasi dan mendorong serta membantu murid menemukan serta menggali potensinya secara optimal. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Melalui proses coaching akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal positif yang artinya, keputusan yang diambil berpihak pada murid.

 

4.    Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

 

  Seorang pendidik dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab memerlukan keterampilan sosial emosional seperti kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri (selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Pendidik yang memiliki kontrol atas sosio-emosional pada dirinya akan akan selalu berusaha membuat keputusan yang berpihak pada semua pihak. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik.

 

5.   Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

 

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik yaitu kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggungjawab, dan penghargaan akan hidup. Dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut, maka sebuah keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip berpusat pada peserta didik serta mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang baik di sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang sering terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.

Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebajikan. Guru yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, akan mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan moral dan hukum. Nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh guru juga mempengaruhi keputusan yang diambil dalam situasi dilema etika. Pengambilan keputusan yang dilakukan akan mempertimbangkan etika profesi, nilai-nilai yang diyakini, dampak dan perasaan yang terjadi jika keputusan yang diambil diketahui oleh masyarakat luas, dan pertimbangan dari idola/panutan.

 

6.   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.


Untuk membuat sebuah keputusan yang tepat dan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman, hal pertama yg wajib kita lakukan yaitu mengenali dahulu masalah yang terjadi, apakah masalah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral. Selanjutnya dalam pengambilan keputusan didasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil bisa membangun lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman buat murid. Selain itu, dengan menjalankan prinsip among Ki Hajar Dewantara dan pola pikir Inquiry apresiatif yang diharapkan mampu menjalankan peran-perannya menjadi pemimpin pembelajaran, juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian secara penuh pada komponen pembelajaran.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi tersebut adalah kondisi yang diinginkan oleh setiap pengambil keputusan. Maka untuk melakukan sebuah perubahan, diperlukan suatu pendekatan yang sistematis. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA dengan tujuan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan berpihak pada anak. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid

 

7.   Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Menyatukan beberapa pemikiran dari individu-individu yang berbeda menjadi sebuah tantangan   yang cukup pelik dalam   pengambilan keputusan yang dihadapi   di lingkungan sekolah. Bukan hanya perbedaan pemikiran, namun juga harus memperhatikan regulasi yang berjalan merupakan tantangan yang cukup membuat kesulitan dalam mengambil keutusan. Tidak dipungkiri, dalam suatu instansi tentu saja terdapat kelompok yang pro dan kontra terhadap sebuah sistem yang sedang dijalankan oleh pemangku kebijakan sekolah. Oleh karena itu, sebelum menentukan keputusan harus berpedoman pada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, yaitu: prinsip berpikir  berbasis  hasil  akhir (end  based  thinking),  berpikir  berbasis peraturan (rule based thinking), dan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care   based   thinking),   selain   itu   juga  perlu   adanya  komunikasi   dan keterbukaan untuk memetakan suatu masalah dilema etika berdasarkan paradigmanya, seperti Individu Vs Kelompok, Keadilan Vs Kasihan, Kebenaran Vs Kesetiaan atau jangka pendek Vs Jangka Panjang. Regulasi yang berjalan di lingkungan sekolah juga menjadi perhatian khusus ketika akan mengambil sebuah keputusan, karena akan membawa sebuah perubahan paradigma terhadap diri pribadi dan kelompok.

 

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

 

Setiap keputusan yang kita ambil akan berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid, misalnya keputusan bagaimana kita menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa. Keputusan yang diambil itu berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid, Membuat keputusan yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat, serta profil belajar murid.Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut, selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa, melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi konten, proses, atau produk. Dengan mewujudkan pembelajaran yang demikian, maka murid akan semakin “Merdeka” dalam belajarnya.

 

9.   Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 

Pendidik adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang pendidik bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan pendidik akan berpengaruh pada masa depan murid. Oleh karena itu seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengambil keputusan dengan bijaksana. Pengambilan keputusan yang bijaksana memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal. Keputusan-keputusan yang diambil tersebut, haruslah berpihak pada murid agar kehidupan masa depan murid dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan. Kehidupan masa depan murid dapat terpenuhi dengan baik.

 

10.  Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 



Berdasarkan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya, terutama pembelajaran pada modul 3.1 ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai seorang pemimpin saat mengambil keputusan tidak akan terlepas dari filosofi KHD dengan Pratap Trilokanya, berlandaskan nilai dan peran guru penggerak, dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (wellbeing). Pengambilan keputusan dengan disertai pengelolaan sosial dan emosional akan menghasilkan sebuah keputusan yang menguntungkan semua pihak, dengan keterampilan coaching yang baik pendidik dapat menggali potensi yang ada di dalam diri seseorang untuk menjaga komitmen disetiap keputusan yang diambil. Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar

 

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

 

Pemahaman saya tentang materi modul 3.1 adalah tentang penerapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan.

 

Ada 4 paradigma pengambilan keputusan

a.    Individu lawan masyarakat

b.    kebenaran lawan kesetiaan

c.    keadilan lawan belas kasihan

d.    Jangka pendek lawan jangka panjang

 

Ada 3 prinsip mengambil keputusan

a.    berfikir berbasis akhir

b.    berfikir berbasi aturan

c.    berfikir berbasi rasa peduli


Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

a.    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

b.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

c.    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

d.    Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

e.    Pengujian paradigma benar atau salah

f.     Prinsip pengambilan keputusan

g.    Investigasi opsi Trilema

h.    Buat keputusan

i.      meninjau kembali keputusan dan refleksikan

 

Pemahaman tersebut digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul untuk memetakan mana yang benar lawan benar (Dilema etika) atau benar lawan salah (Bujukan Moral). Setiap keputusan atau kasus selama tidak bertentangan dengan regulasi yang ada maka kita dapat membuat keputusan berdasarkan dilema etika, namun jika sudah melanggar sebuah regulasi maka keputusan yang diambil berdasarkan bujukan moral. Tidak menutup kemungkinan pada sebuah kasus mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Hal di luar dugaan saya dapatkan pada modul ini adalah ketika kita menemukan kasus dilema etika, maka bagi kita perlu untuk melakukan investivigasi opsi Trilema yaitu untuk mencari solusi di luar pilihan yang ada, agar memunculkan solusi kreatif yang bisa diterima oleh semua pihak.

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

 

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema yaitu ketika memutusakan seorang murid diperbolehkan atau tidak mengikuti study wisata kelas 8 di sekolah. Kebetulan saya adalah Pembina OSIS sekaligus ketua panitia kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil rapat dengan wali murid, ditentukan lokasi yang akan dikunjungi yaitu kota Bandung dan juga besaran biaya setiap murid. Batas akhir pembayaran biaya study wisata adalah H-1 sebelum keberangkatan. Pada H-1 sebelum keberangkatan ada salah satu murid yang belum melunasi pembayaran namun dia sudah membayar sebagian dari biaya yang sudah ditentukan. Wali kelas dari murid tersebut mendatangi saya kemudian menceritakan apa yang dialami oleh muridnya tersebut. Guru tersebut bercerita bahwa muridnya yang bernama Rasya belum melunasi pembayaran namun dia sangat ingin mengikuti kegiatan study wisaya, orang tua Rasya juga memohon kepada dia agar Rasya tetap diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan study wisata dan berjanji akan melunasi kekurangan pembayaran setelah study wisata. Kebetulan Rasya berasal dari keluarga yang kurang mampu, saya juga sudah mengenal Rasya bahwa anaknya baik dan tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin. Sebetulnya ada beberapa opsi yang bisa saya ambil yaitu melarang Rasya untuk ikut dengan alasan sudah disepakati bersama, ataupun memperbolehkan Rasya ikut dengan memberikan biaya talangan pada Rasya dari sekolah. Namun saya lebih memilih opsi ketiga yaitu menggunakan uang pribadi untuk menalangi kekurangan pembayaran, sehingga pihak sekolah tidak dirugikan, dan Rasya pun tetap bisa mengikuti kegiatan tersebut. Perbedaannya yaitu saya belum mengetahui teori pengambilan keputusan dengan basic nilai-nilai kebajikan universal.

 

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

 

Sebelum mempelajari modul ini, kecenderungan bagi saya untuk menyelesaikan masalah menggunakan prinsip End Based Thinking (berpikir berbasis hasil akhir), yaitu saya melakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang ataupun Rule Based Thinking, yaitu lebih menekankan berpusat pada tugas dan aturan yang ada. Setelah mempelajari modul 3.1 saya lebih banyak untuk mengambil sikap mengolah rasa empaty dan saya akan memutuskan sesuatu menggunakan rasa peduli/Care Based thinking. Di samping itu saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan tidak boleh hanya berpandangan bahwa kita memiliki otoritas dan dapat mengontrol siswa secara penuh. Tetapi keputusan yang saya ambil di masa yang akan datang harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggungjawab dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil dapat melalui langkah-langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan.

 

 

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

 

Materi ini begitu sangat penting dan sangat bermakna bagi saya sebagai pemimpin pembelajaran. Karena dengan memahami paradigma, prinsip dan langkah-langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan, akan lebih mampu untuk bersikap bijak dalam pengambilan keputusan dilema etika atau bujukan moral yang ada dan keptusan yang saya ambil akan berdampak pada pembelajaran yang berpihak pada murid menuju ke arah yang lebih baik.



Oleh: Prabingesti Anggarsika

Calon Guru Penggerak Angkatan 11

SMP Negeri 4 Adiwerna, Kabupaten Tegal



Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan :)

Komentar

  1. Sangat menarik artikel yang luar biasa, memberikan pemahaman terkait pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan terkait kasus dilema etika. Sangat setuju dengan apa yang dipaparkan ibu Prabingesti Anggarsika pada artikel ini, ketika harus mengambil sebuah keputusan harus benar-benar memperhatikan aturan yang ada, dampak yang akan dihasilkan, dan dapat merangkul semua pihak.

    BalasHapus
  2. Artikelnya bagus sekali, sangat membuka wawasan terkait pengambilan keputusan, ternyata ada 9 langkah yah dalam mengambil sebuah keputusan.

    BalasHapus
  3. Informasi yang sangat menarik, mengingat pada kenyataannya kita sering menghadapi kasus dilema etika dalam menjalankan profesi kita sebagai guru. Pengetahuan baru bagi saya, bahwa dalam menangani kasus terdapat langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas informasi yang luar biasa. Dari sini saya memahami bahwa di dalam pengambilan keputusan, kita harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan, dampak yang berpihak pada murid, dan tanggung jawab.

    BalasHapus
  5. Mamie Kartika Ekawatie23 Oktober 2024 pukul 19.22

    Rangkuman yang luar biasa terkait pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Filosofi KHD mengajarkan kita untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dilema etika pastinya akan dihadapi oleh guru, sehingga diperlukan pemahaman mengenai paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan membaca artikel ini, saya akan mencoba menerapkan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.

    BalasHapus
  6. Meylinda Fitrianasari, S.Pd.23 Oktober 2024 pukul 19.26

    Terima kasih sharing infonya, Bu Siska. Berdasarkan artikel ini, selanjutnya saya akan berusaha menerapkan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi dilema etika, utamanya di lingkungan sekolah.
    Semangat!

    BalasHapus
  7. Yunita Kurnia Sholfiani, M.Pd.23 Oktober 2024 pukul 19.34

    Saya sangat setuju bahwa penanaman karakter murid harus diutamakan dibandingkan dengan kompetensi akademik. Dengan karakter yang baik, ilmu yang didapatkan akan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kita sebagai pendidik harus dapat menuntun murid agar menjadi pribadi yang memiliki karakter yang baik. Guru juga harus dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebijakan dan tentunya yang berpihak pada murid.

    BalasHapus
  8. Informasi yang sangat bermanfaat dari Ibu Prabingesti Anggarsika. Sebagai guru BK di SMP, saya merasakan banyak tantangan dalam menangani kasus murid. Ke depannya saya akan mencoba menerapkan prinsip coaching dan langkah-langkah pengambilan keputusan ketika menghadapi kasus dilema etika.

    BalasHapus
  9. Koneksi antar materi dibuat dalam blog sehingga terekam histori dan terarsipkan dengan baik. 12 pertanyaan dijawab dengan lugas dan pas. Refleksi dijawab mulai dari tantangan hingga dampak pengambilan keputusan serta penerapan di masa yang akan datang sebagai seorang pemimpin pembelajaran keren.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI UNGGAH-UNGGUH BASA JAWA LENGKAP

KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA